Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Saya yang Masih Gini-gini Saja

Hari ini saya datang ke kantor sedikit kepagian. Berhubungan saya gak bawa sarapan begitu saya letakin tas, saya menuju ke crib room dan berencana bikin roti sekedar ganjel perut sampai siang nanti. Dan di crib saya terlibat percakapan dengan seorang teman. Percakapan yang membuat saya berkali-kali mikir. Teman saya nanya puasa tanggal berapa, kebetulan teman saya ini beragama kristen. Dia nanya hanya memastikan untuk mekanisme order makan siang mereka selama bulan puasa. Saya jawab mungkin sekitar tanggal 25 atau 26 Mei tapi masih menunggu info dari pemerintah seperti biasanya. Lalu saya iseng bilang gini : Saya : Ya ampuun 6 bulan cepat kali ya kak, bentar lagi puasa terus lebaran dan gak berasa udah            natal dan tahun baru aja lagi. Teman : Iya ya dan kita masih gini-gini aja. Saya : "melongo" Teman : Iya tiap tahun baru bikin resolusi, bikin target tahun depan harus punya rumah, tahun depan ...

Jenuh dengan Hiruk Pikuk Bator

Pernah gak sih kalian merasa jenuh yang luar biasa karena bertahun-tahun hidup di kota yang sama? Saya sedang merasakannya sekarang. Gak sih, udah dari beberapa tahun lalu. Ya jenuh. Jenuh dengan melihat hal yang sama tiap hari hari, tanpa ada kemajuan yang significant. Saya lahir di ibu kota, tapi hanya numpang lahir sodara-sodara. Mungkin setelah saya berumur 1 bulan lebih saya dibawa pindah oleh mama saya ke Lampung lalu mungkin sempat juga kami tinggal di Palembang karena bapak asli Palembang. Dan stay di sana juga gak terlalu lama, hanya sampai saya berumur 4-5 tahun seingat saya. Lalu kami, saya sama mama pindah ke sini, Batang Toru yang mungkin di peta pun masih susah menemukannya. Dari taman kanak-kanak sampai SMA pun saya habiskan di sini. Sebelum masuk SMA saya berusaha dengan susah payah bujuk mami saya agar saya sekolahnya di Sidempuan atau sekalian di Medan. Yaa seperti yang sudah diketahui permintaan itupun ditolak mentah-mentah. Alasannya ya BIAYA . ...

Seribu kebaikan VS satu kesalahan

Di tulisan kali ini saya ingin memuji-muji diri saya sendiri. Kapan lagi kan, memuji diri sendiri di hadapan diri sendiri bukan di hadapan orang lain. Minimal gak ada melihat senyuman sinislah ya dan gak dosa juga hehehe. Dulu semasa SD dan setelah kehilangan mama, saya orangnya minderan ketika berada di tengah sepupu-sepupu saya. Karena begitu mama saya gak ada, hidup saya jungkir balik hampir 360 derajat. Yang biasanya baju-baju lebaran saya sama dengan sepupu saya, setelah mama gak ada saya harus cukup puas dengan baju lebaran hanya 1 pasang. Pada intinya ketika mama saya masih ada, beliau selalu memenuhi kebutuhan saya sama halnya dengan sepupu di sekitar saya. Mama gak akan membiarkan saya merasa asing atau merasa gak punya. Mama saya berusaha mencukupi segala sesuatunya buat saya walo dia hanya orang tua tunggal. Dan ketika mama saya pergi untuk selamanya, saya kehilangan segalanya termasuk kepercayaan diri saya. Saya merasa sebatang ...

SMS a.k.a Susah Melihat orang Senang dan Senang Melihat orang Susah

Judule agak panjang ora opo-opo yooo hahaha Beberapa hari ini ada beberapa hal yang membuatku merasa terganggu dan gak nyaman. Berhubung aku bukan tipe yang suka ribut, jadi sebelum ribut dengan sesiapapun mari kita ributkan di blog ter mailaff ini. Sekitar 2 minggu lalu aku memposting fotoku yang sedang memegang papan sterofoam bertuliskan angka Rp 1.500.000. Artinya aku dapat hadiah berupa uang tunai. Aku menang lomba mengulas film pada saat perlombaan hari Kartini di kantorku. Jadi aku dapat juara 2 dan segitulah hadiahnya. Dari awal aku tahu kalo foto itu aku posting pasti ada saja nanti ntah itu masalah ntah itu apalah yang akan terjadi. Dan benar saja, eng..ing..eng..hahhaha Dunia dan isinya gak akan membiarkanmu bahagia berlama-lama. Senyum merekah yang megang papan sterofoam pun terpaksa sirna, padahal uangnya pun belum mendarat di tangan loh. Tapi ada saja orang yang memantau isi instagramku dan langsung kasak kusuk sana sini. Dan berusaha bikin sebagian ...

Review Film Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar

Setelah aku memutuskan mundur dari perlombaan tari yang diperlombakan Jumat sore 2 hari lalu, jadilah kemarin malam aku ikutan nonton film dan me-review film tersebut. Dari awal karena momentnya Kartini jadi udah mikir pasti filmnya tentang Kartini atau biografi tentang pahlawan perempuan sekelasnya Cut Meutia. Tapi apa daya, yang muncul di layar adalah "MD Entertainment". Aku sih udah langsung nebak, horror nih jangan-jangan hahahaha. Iya toh? MD kalo gak horror ya percintaan ala-ala sinetron yang lebaynya naudzubillah. Eh taunya film berjudul Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar. Serius, aku baru dengar judul film ini tadi malam. Hahaha keterlaluan sekali ketidakgaulanku beberapa tahun terakhir ini. Oke mari kita bahas film ini. Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang menjadi korban kerusuhan tahun 1998 di Jakarta. Berhubung si Bapak merasa hidup mereka sudah tidak aman berada di Jakarta, si Bapak memaksa anak perempuannya pergi ke Si...

05 Feb 2012 - 05 Feb 2017

Yes! Udah 5 tahun ajaaa :) Masih seumur jagung tapi aku tetap bahagia luar biasa. 5 tahun bukan waktu yang singkat. 5 tahun juga bukan waktu yang mudah untuk melalui berbagai hal di dalamnya. Aku sendiri gak pernah merencanakan menikah di usia 23 tahun. Target dulu menikah di umur 25, itupun setelah keliling Indonesia dulu. Hahahaha ternyata mimpinya kejauhan. Jangan Indonesia, Sumatera pun gak bisa dikelilingi. Memasuki dunia pernikahan bukan akhir dari hidup. Justru itu menjadi awal, menjadi permulaan untuk memasuki babak baru dalam kehidupan. Menikah dengan pasangan yang baru dikenal setahun bukannya gampang, tetapi dengan yang udah kenal bertahun-tahun pun belum tentu juga gampang. Semua ada masa sulitnya. Aku dengan suami bukan pasangan yang pacaran bertahun-tahun, hanya satu tahun tapi dengan berani memutuskan untuk hidup bersama dalam rumah tangga. Gampang? Awalnya iya. Lama kelamaan ada beberapa kesulitan, seperti kebiasaan yang belum kita kenal. Tapi j...

TITIK TERENDAH

"Ma, Edmund mau es krim!" Aku dan papanya pun hanya mampu saling menatap. Karena merogoh kantong pun pasti akan sia-sia. Jangan uang kertas, recehan pun gak punya. Ini adalah realita yang kami alami di sepanjang pernikahan kami yang memasuki tahun ke empat. Dan memang di akhir tahun ketiga pun ini sudah dimulai tetapi gak sampai sebegini parahnya. Semuanya disebabkan beberapa hal yang dari awal gak di antisipasi. Kami memang gak pernah merencanakan atau mengatur tentang keuangan. Karena dari awal pernikahan kami berdua sama-sama termasuk mapan dalam hal keuangan. Aku sendiri gak pernah mewajibkan suami untuk memberi jatah perbulan, karena gajiku pun cukup dan berlebih untuk biaya rumah tangga selama satu bulan *SOMBONG hahahaha Tapi demikian kenyataannya. Si suami berkewajiban untuk bayar tagihan, misal kredit motor, tv berlangganan, dan sebagainya. Kami gak pernah menyiapkan dana emergency, karena asuransi pun sudah disediakan oleh perusahaan yang plafonnya ...

2017 ➡

Happy nu yearrrr 😊😊😊 2017 sudah berjalan 3 hari. Hari-hari terasa mulai membaik, walo kadang kala masi perlu tambal sulam di sana sini. Minimal penambalnya ada. Iya toh? 😀 Pagi ini disambut dengan hujan. Taun 2017 ini harapanku adalah bisa membawa perubahan untuk kami sekeluarga. Tak perlu muluk-muluk. Aku hanya berharap semua kondisi menjadi lebih baik. Tak perlu kembali seperti semula. Cukup hanya dengan kesederhanaan tapi jangan lagi sampai menyusahkan orang lain. Jangan sampai garis hidupku bersentuhan dengan orang-orang yang tak ingin bersentuhan dengan kami. Aku bukan tipe pendendam tetapi juga bukan berarti gampang untuk melupakan hal-hal yang pernah orang lakukan untukku. Mengingat bukan berarti berencana untuk membalas. Mengingat hanya untuk membatasi diri agar tak pernah menengadahkan tangan ke arahnya. Baik itu inmateril maupun materil. Apapun itu, jangan sampai. Dendamkah aku atas semuanya? Tidak. Aku sudah jauh-jauh hari ...

➡ 2016

Taun 2016 baru saja berlalu... Aku mencoba sedikit kilas balik biar ingat setiap sakit, pedih dan bahagia yang terjadi kemaren-kemaren. Taun kemaren masih belum taun yang mudah untukku juga keluarga kecil. Sangat...sangat sulit bahkan. Aku belum bisa lepas dari masalah yang kubawa dari 2015. Awal taun aku harus ikhlas bahwa aku harus berhenti bekerja di perusahaan yang sudah 5 taun menaungiku dan suami. Perusahaan tempat kami bekerja habis kontrak dengan client setelah perpanjangan kontrak 1 taun. Januari adalah akhir LCI di martabe. Dan aku kebagian sampai tutup pintu. Lalu ada perusahaan joint venture yang akan menggantikan posisi perusahaan yang lama. Tapi apa daya aku gak kebagian tempat di sana. Alasannya adalah gak bisa suami istri bekerja di tempat yang sama. What the hell? Ada beberapa pasangan yang sudah sign contract duluan. Aku dengan sabar menunggu hingga maret. Tapi tak kunjung ada kabar. Ya sudah laa aku juga gak maksa, mungkin udah saatnya aku istirahat. Sambil menant...