Review Film Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar

Setelah aku memutuskan mundur dari perlombaan tari yang diperlombakan Jumat sore 2 hari lalu, jadilah kemarin malam aku ikutan nonton film dan me-review film tersebut. Dari awal karena momentnya Kartini jadi udah mikir pasti filmnya tentang Kartini atau biografi tentang pahlawan perempuan sekelasnya Cut Meutia. Tapi apa daya, yang muncul di layar adalah "MD Entertainment".

Aku sih udah langsung nebak, horror nih jangan-jangan hahahaha. Iya toh? MD kalo gak horror ya percintaan ala-ala sinetron yang lebaynya naudzubillah.

Eh taunya film berjudul Merry Riana : Mimpi Sejuta Dollar. Serius, aku baru dengar judul film ini tadi malam. Hahaha keterlaluan sekali ketidakgaulanku beberapa tahun terakhir ini. Oke mari kita bahas film ini.

Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang menjadi korban kerusuhan tahun 1998 di Jakarta. Berhubung si Bapak merasa hidup mereka sudah tidak aman berada di Jakarta, si Bapak memaksa anak perempuannya pergi ke Singapore sendirian. Anak perempuan inilah yang bernama Merry Riana. Dengan bermodalkan kartu nama seorang teman Bapaknya Merry terpaksa berangkat ke Singapore seorang diri. Sampai di sana ia menuju alamat yang tertera di kartu nama, tapi jalan selalu tidak mulus toh? Teman Bapak Merry tersebut sudah pindah dari alamatnya itu. Merry dengan keputusasaan mencoba berkomunikasi dengan orang tuanya lewat media social dan secara tidak sengaja menemukan seorang teman SMA nya, Irene sedang berkuliah di Singapore. Jadilah Merry menumpang hidup dengan Irene sementara waktu. Dan dengan keterpaksaan pula Merry harus mendaftar kuliah di Nanyang Univercity untuk dapat tinggal di asrama yang Irene tempati. Ternyata untuk berkuliah di sana juga tidak mudah, jika ingin berkuliah mesti bayar sebesar 40rb SGD selama 4 tahun. Ada kemudahan dengan cara mendapatkan student loan dari pemerintah Singapore akan tetapi Merry harus punya seseorang yang menjamin dirinya. Dan itulah yang membuat Irene memperkenalkan Merry kepada Alfa, seorang mahasiswa Indonesia yang sudah mempunyai penghasilan tetap dengan bekerja sampingan di sana.

Seperti film Indonesia kebanyakan, konflik cinta segitiga pun muncul, Irene menyukai Alfa tapi Alfa menyukai Merry. Pertemanan Merry dan Irene juga sempat terputus tapi nantinya di akhir cerita mereka akan berbaikan kembali. Yang jadi topik utama di film ini adalah bagaimana cara Merry berjuang hidup sendirian di Singapore dengan uang pinjaman yang serba pas. Perjuangan Merry mencari kerja dengan tidak memiliki izin untuk bekerja. Dia sempat bekerja di sebuah organisasi social dan berhenti ketika polisi Singapore mengetahui bahwa organisasi tersebut mempekerjakan mahasiswa yang tidak memiliki izin bekerja. Jatuh bangunnya Merry dalam usahanya mendapatkan uang menjadikan dirinya menjadi terlalu berambisi mengenai uang. Uang adalah ukuran kesuksesan buat Merry saat itu. Dengan segala upayanya bekerja sampingan, tertipu di investasi bodong dan juga pasar saham sempat menjatuhkan mental Merry. Membuat ia ingin segera kembali ke tanah air. Ia merasa ingin menyerah kepada keadaan. Tapi lagi-lagi Merry bangkit untuk menyelesaikan apa yang sudah menjadi pilihannya.

Akhirnya Merry bekerja pada sebuah perusahaan asuransi, dan dari situlah ia belajar menjadi seorang perencana keuangan. Film Indonesia yaaa, pasti selalu happy ending. Merry wisuda dan ia meraih kesuksesannya di usia yang sangat muda.

Yang menjadi kekurangan film ini adalah kurang greget. Karena kalo kita baca based on true storynya yang dibukukan jauh laaah dari film ini. Membaca bukunya membuat kita merasa si Merry ini benar-benar sosok yang inspiratif tapi begitu di film kan kesan yang begitu langsung menguap bersama semilir angin. Pemain utamanya cantik tapi tidak mewakili kepribadian Merry yang sebenarnya. Latar belakang cerita juga banyak yang tidak sesuai. Seperti keadaan di Singapore tahun 1998, di film tersebut yaa sama saja dengan keadaan Singapore sekarang. Media social juga, Merry terlihat membuka facebook pada saat mencari Irene, tahun 1998 perasaan belum ada facebook lah. Terus juga pemainnya sudah menggunakan Iphone di tahun 1998. Nah Iphone munculnya kapan??

Keseluruhan ceritanya tidak mewakili based on true story nya Merry Riana. Film ini terkesan terburu-buru ingin cepat selesai tanpa meninggalkan makna untuk penontonnya.

So, buatku film ini tidak mewakili hari Kartini. Karena perjuangan Kartini tidak segampang itu. Perjuangan Kartini bukan berjuang nyari uang ke sana kemari. Perjuangan Kartini bukan main saham-sahaman. Kartini berjuang untuk keluar dari keterkungkungan norma adat dan aturan-aturan keraton. Kartini berjuang tentang bagaimana wanita diberi kebebasan untuk memilih akan jadi apa ia kelak.

Wanita bukan melulu jadi alat reproduksi massal untuk keturunan darah ningrat. Wanita juga seharusnya berhak memilih untuk belajar dan sekolah tinggi untuk menjadi wanita cerdas agar ketika ia punya anak ia bisa mengajarkan banyak hal untuk anak-anaknya.

Itulah sebenarnya yang ingin Kartini perjuangkan. Buatku yaa. Pendapatku.


Selamat Hari Kartini buat Perempuan Indonesia


Dian Siregar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

melupakanmu

Pergi Untuk Kembali, Selalu Saja Begitu...

tercerai berai sudah