Pergi Untuk Kembali, Selalu Saja Begitu...
"kata-kata itu dimaksudkan untukku?"
layar ponselku berkedip biru, ada bbm masuk. aku menghela nafas melihat si pengirim dan pertanyaan yang di ajukannya.
aku masih menimang ponselku, berpikir apakah perlu ku balas apa tidak. aku benci kepada orang yang datang dan pergi seenaknya. mataku tetap terpaku pada pertanyaannya. apa yang harus ku jawab? apa pentingnya menjelaskan itu untuknya atau bukan?
tapi rasa benciku masih saja terkalahkan oleh rindu yang sudah memuncak.
jariku dengan lincahnya melompat di atas barisan huruf-huruf, mencoba merangkai kalimat yang mungkin sedikit terlihat biasa saja.
"yang mana?"
dia sedang typing...
"begh display picture-nya sudah diganti"
aku membalas "kata-kata Mario teguh itu. kayaknya untuk semua orang"
"owh"
"kok merasa?" tanyaku
"mana tau saja itu ditujukan untukku" katanya
aku harus jawab apa lagi? "ooh...tergantung sih. lagi merasakan seperti kata-kata Mario Teguh itu atau lagi merasa termasuk orang yang salah seperti dalam kalimatnya."
"berarti aku termasuk orang yang salah?" tanyanya
"loh..aku gak bilang seperti itu. tergantung si pembaca merasa seperti apa pada saat membacanya." elakku
dia mengetik agak lama, aku penasaran dia mau jawab apa lagi. ponselku bergetar..
"Hmm...aku cuma mau tau sampai dimana kamu bisa mengingatku. baru saja aku sebentar menghilang, kamu sudah berniat melupakanku. tapi aku tetap mengikuti perkembangan tentangmu, kegiatanmu setiap hari."
keningku berkerut membaca pesannya. mau tau sampai dimana aku bisa mengingatnya? pernyataan macam apa itu? kenapa begitu suka menguji perasaanku? arggghhh...ingin rasanya ponsel ini ku lemparkan!!
aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaannya. ku copy link satu tulisan di blog-ku sambil menekan tombol send.
bacalah. aku terlalu sulit untuk menjelaskan banyak hal yang memenuhi pikiranku belakangan ini.
...sedang typing...
"jadi itu yang kamu pikirkan tentang aku? bagaimana caranya aku membagi bahagiaku untukmu sementara sampai detik ini aku gak pernah merasa bahagia sedikitpun?"
"dari mana kamu tahu kalo yang kamu tuliskan itu benar?" sambungnya lagi.
aku kembali mengiriminya beberapa link blog-ku. dengan membaca itu aku berharap dia mengerti semaksimal apapun keadaan memaksa untuk saling melupakan tetap saja tidak bisa.
dan seperti inilah kami. hanya untuk menanyakan kabar atau untuk mengungkapkan rindupun harus dengan cara yang aneh. harus melewati berbagai macam hal, harus menjaga jarak untuk beberapa waktu ataupun saling acuh. tapi tetap saja itu tidak bekerja dengan baik.
sesuatu yang menggebu-gebu tetap memaksa keluar dari penjaranya, untuk mencari kebebasan. kebebasan untuk merindukan. kebebasan untuk mencintai. mungkin juga kebebasan untuk memiliki kembali.
"Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang
menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat
yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."
-Kahlil Gibran-
Komentar
Posting Komentar