Jangan Sampai Aku Terjebak
Begitu masuk kamar aku menghempaskan badan ke atas kasur. Omigod, ini badan rasanya kayak digilas truk kontainer. Pegalnya minta tukang pijat mampir ke rumah. Hehehe...
Aku baru aja sampai di rumah bude pagi ini. Semalam aku gak bisa tidur di dalam travel. Supirnya udah kayak bawa roller coaster, gak ada rem dan taunya cuma nginjak gas aja. Hasilnya, badanku remuk dan mata ngantuk gak ketulungan. Saat mencoba memejamkan mata, ada suara yang keluar dari dalam tas punggungku, dengan malas aku menggeserkan badan ke tepi tempat tidur dan berusaha meraih tas yang tergeletak di lantai. Siapa yang pagi-pagi seperti ini udah bangun dan iseng mengirimiku pesan. Aku merogoh ke dalam tas lalu "tit..tit..tit.." Yaelaah batre low, belum juga di sentuh. Arrgghh..
Tadi malam aku memang lupa mengisi batrenya sebelum berangkat. Ku lihat banyak pesan yang masuk dari tadi malam, tapi lebih banyak yang gak penting.
Ada nama Gio di urutan paling atas, setelah itu ada pesan dari Naufal dan selanjutnya aku gak punya minat untuk membuka pesan yang lain. Mataku udah mulai menyipit.
Gio
081397xxxxxx
"Ai, udah nyampe sinikan? Jam 11 aku tunggu kamu di M Plaza. Aku mau traktir kamu makan. Balas."
Langsung ku benamkan wajahku ke bantal. Ini orang kok gak bosan sih ngobrol sama aku? Selama aku di sana juga dia gak berhenti kirim pesan dan telpon, cuma sekedar say hello dan nanya udah makan apa belum, lagi apa dan pertanyaan lainnya. Nanti aja aku balas pesannya, aku benar-benar capek.
09.35
Wajahku rasanya tiba-tiba bergetar. Sebentar berhenti lalu bergetar hebat lagi. Apa lagi ini...
Aku membalikkan badan dan semua masih gelap. Mataku masih terlalu berat untuk dibuka. Aku menarik alam sadarku kembali ke alam mimpi.
Kepala bagian belakangku bergetar, ooh emosiku langsung memuncak. Aku mengambil posisi duduk di atas kasur, memijit leherku yang pegalnya bukan main. Memandang sekeliling kamarku dan mencoba keras berpikir, kenapa wajah dan kepalaku bergetar. Kantukku hilang seketika.
drrttt...drttt...
Getar itu berasal dari bawah bantal. Ku geser bantal itu dengan gusar. Ya ampuun aku lupa sebelum tertidur tadi ponsel ku selipkan ke bawah bantal. Ku lihat layar ponsel kedap-kedip, 20 missed call dari Gio. Ku arahkan pandangan ke jam, astagaaa udah jam 09.45.
Pantas aja Gio udah 20 kali mencoba menghubungiku. Jangan-jangan dia udah sampai duluan di tempat kami janjian.
Aku menghubungi Gio kembali berharap dia gak marah kalo aku akan sedikit telat datang. Tut..tut..tut...tersambung.
"Ai, kamu dimana sih?" suara Gio langsung mengagetkanku
"Sorry Gi, aku baru bangun. Kamu udah nyampe yaa?" tanyaku sambil berbaring kembali. Suara di seberang terdengar ramai "Aku udah di jalan Ai, mandi gih. Ini udah hampir jam 10 loh. Jam berapa lagi kamu nyampe sini?" sambungnya.
Suaraku kali ini mencoba memelas "Gi, gak bisa besok aja yaa? Aku ngantuk, capek semalaman dalam travel yang ugal-ugalan."
Dengan cepat dia menjawab "Gak Ai, harus hari ini. Kalo besok ya lain lagi dong ceritanya. Udah, sana mandi yang cepat, pakaian terus ke sini."
"Sumpah aku masih merindukan kasur ini. Masih butuh 7 jam lagi untuk menggantikan tidurku tadi malam Gi." bujukku.
Gio mendengus kesal "aku yang jemput kamu atau kamu yang datang sendiri ke sini?". Gak ada gunanya berdebat dengan cowok satu ini.
Aku langsung berdiri di depan cermin sambil mengamati keadaanku yang kusut "Tunggu aku sejam lagi. Bye" Langsung aja aku lemparkan ponsel ke atas kasur lalu keluar kamar menyambar handuk.
Jangan biarkan aku terjebak di dalam perasaan yang gak seharusnya, batinku bergumam sendiri. Aku hanya boleh sebatas teman yang jadi penampung keluh kesahnya. Aku gak benar-benar menyukainya. Ini cuma sebatas rasa nyaman karena sama-sama pernah mengalami patah hati tegasku dalam hati.
Komentar
Posting Komentar