05 Feb 2012 - 05 Feb 2017
Yes! Udah 5 tahun ajaaa :)
Masih seumur jagung tapi aku tetap bahagia luar biasa. 5 tahun bukan waktu yang singkat. 5 tahun juga bukan waktu yang mudah untuk melalui berbagai hal di dalamnya. Aku sendiri gak pernah merencanakan menikah di usia 23 tahun. Target dulu menikah di umur 25, itupun setelah keliling Indonesia dulu. Hahahaha ternyata mimpinya kejauhan. Jangan Indonesia, Sumatera pun gak bisa dikelilingi.
Memasuki dunia pernikahan bukan akhir dari hidup. Justru itu menjadi awal, menjadi permulaan untuk memasuki babak baru dalam kehidupan. Menikah dengan pasangan yang baru dikenal setahun bukannya gampang, tetapi dengan yang udah kenal bertahun-tahun pun belum tentu juga gampang. Semua ada masa sulitnya. Aku dengan suami bukan pasangan yang pacaran bertahun-tahun, hanya satu tahun tapi dengan berani memutuskan untuk hidup bersama dalam rumah tangga.
Gampang? Awalnya iya. Lama kelamaan ada beberapa kesulitan, seperti kebiasaan yang belum kita kenal. Tapi jadi momen seru juga iya. Seperti permainan menyusun puzzle, yang gak setiap hari kita temukan potongannya. Bisa besok bisa juga lusa. Dan dari situ kita sebagai pasangan jadi sama-sama belajar memahami karakter dan kebiasaan masing-masing.
Aku adalah perempuan yang udah terbiasa diposesif in pasangan. Aku perempuan tangguh tapi manja, cem mana pulak ini ya? Hahahaha. Iya aku manja, setangguh apapun aku ada satu sisi yang tetap bergantung terhadap pasangan. Aku pemarah dan cerewet. Dan menginginkan semuanya harus sempurna dan semua harus pada tempatnya (sebelum punya anak ini hihihi).
Nah si suamiku ini, adalah lelaki yang cueknya di ambang batas kewajaran. Tapi bukan berarti gak perhatian dan perduli. Misal ini soal mengingatkan makan, selama pacaran pun jangan harap dia ada sms ingetin kita soal makan apalagi setelah nikah. Dalam otaknya gini "ya kalo lapar pasti makan lah" hahaha aseeemm kan suamiku. Pokoknya segala macem printilan seperti itu jangan harap dia kan mengingatkan. Tapi kadang pas kita mau tidur atau selagi nonton tiba-tiba dia narik kaki atau tangan langsung nodong pertanyaan "ini kenapa? luka kena apa?" padahal cuma tergores loh tapi pertanyaannya cukup lebay wkwkwkwk.
Belum lagi kalo istrinya yang super duper manja kayak anak bayiik ini minta peluk, beuuhh dia langsung balik badan meluk bantal guling *abaaaanggg sebelah sini loh yang mau dipeluk :'(
Atau kalo aku udah merengek dia cuma peluk bentar terus lepasin abis itu ngorok, kalo gini pengen nokok sebenarnya hahahhaha. Seriusan dia gak hobby sama yang namanya romantis-romantisan. Tapi setiap perlakuan nunjukin kalo dia itu sayang dan cinta mati sama istrinya *geer istrinya mah.
Mungkin bagi kita yang umurnya masih muda romantis itu ya mesti gitu kali ya, peluk terus mau bobo cium keningnya, kalo merajuk dibujukin atau kasi duit segepok eh hahaha. Dan bagi suamiku itu romantis itu adalah ketika mau belikan apa-apa untuk istrinya ya di telpon ditanya dulu maunya apa, kan gak surprise lagi yaaa. Dia senang beliin aku tas, baju atau parfum, tapi ya itu nanya dulu. Mau kasih kado ulang tahun aja pake ngomong "nanti hadiah ulang tahunnya abang beliin note 2 ya wet". Yaeelaaah udah ngasih tau duluan gak pake kue lagi. Hiks...hiks..hiks...
Nah kalo dia ulang tahun kita beliin kue dia bilang gini "alah udah tua ini ngapain lah tiup-tiup lilin" istrinya langsung gubraaakkk. Tapi kalo sekarang gak dibikinin gitu dia kecarian hahahaha
Awalnya aku pikir aku yang nanti sulit untuk beradaptasi dengannya. Tapi kenyataannya dia yang lebih banyak beradaptasi dengan tingkah bocah istrinya. Banyak tingkahku yang masih kekanak-kanakan yang cuma dimaklumi aja sama dia. Gak pernah marah ataupun main tangan. Dia cuma mencoba mengerti bahwa dia menikahi perempuan yang umurnya 9 tahun di bawahnya. Dia cerewet untuk beberapa hal tapi gak pernah membuat aturan-aturan wajib yang mesti ditaati.
Aku bebas walopun udah menikah. Suami gak pernah melarang aku berkumpul dengan teman-teman, baik di kantor maupun di sekitar rumah. Dia hanya menekankan 2 hal, ingat waktu dan pekerjaan di rumah udah selesai. Dulu sebelum punya anak, setelah punya anak syaratnya nambah 1 inget anak. Dan aku memang gak sering keluar sana sini, jadi dia pun tau kalo aku keluar itu karena ada yang penting. Dalam semua hal dia membebaskan ku, baik waktu, keuangan, keinginan dan lainnya. Dan tugasku adalah membatasi diri agar gak kebablasan bebasnya.
Lain halnya dengan diriku sendiri. Aku suka memaksakan apapun keinginanku ke dia. Gak boleh gini, gitu dan sebagainya. Hahahahaha. Aku banyak larangan. Apalagi soal berteman dengan temannya laki-laki apalagi orang batang toru sini. Ada yang sampai ku maki-maki pun temennya. Entah kenapa aku selalu punya insting kuat untuk urusan dengan manusia. Begitu kulihat wajahnya, aku tau bahwa orang tersebut hadir hanya untuk membawa efek buruk ke suamiku. Dan itu sering terbukti sih. Jadi kalo soal pertemanan suamiku aku selalu teliti dan awasi. Sampe sekarang suamiku hanya punya beberapa teman yang bisa di bawa ke rumah. Selebihnya berteman di tempat kerja aja. Awalnya dulu dia gak suka aku bersikap seperti itu tapi pada akhirnya dia melihat sendiri apa yang aku katakan semua jadi kenyataan. Heem itu sudah kalo gak percaya sama cenayang professional hahahahhaha...
Punya anak, bikin dia berubah banyak. Anak adalah prioritas utamanya dan eiike sebagai istri minggiiir sejenak. Dia rela begadang untuk anaknya. Pokoknya urusan anaknya kasi ke dia aja semua dijamin beresss tanpa ngeluh. Istri senang dong? Satu sisi iyaa karena pekerjaan menjadi ringan dan satu sisinya cemburu karena sekarang apa-apa anak istri terlupakan. Masa iya cemburu sama anak sendiri? Iya namanya pun emak-emak muda masih pengen disayang-sayang hahahaha.
Di tengah perjalanan kami mengalami masa sulit. Ambruk seambruk-ambruknya dikarenakan keuangan kami yang terkuras habis untuk sesuatu hal. Dan gaji pun gak mencukupi untuk menutupi semuanya. Ada beberapa hal yang menyebabkan adalah aku sendiri. Dan memang suami pun gak pernah menabung untuk mengantisipasi hal-hal gak terduga seperti ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini kami terseok-seok menjalani hidup, yang paling kasihan adalah anak. Anak yang lahirnya di keadaan yang serba cukup terus tiba-tiba susunya pun hampir gak terbeli. Ditambah lagi kelahiran anak kedua yang tak direncanakan. Bukan gak bahagia punya anak lagi, tapi sebagai orang tua kami merasa gagal menjadi orang tua yang baik. Masa begitu dia lahir ke dunia, dia udah ngerasain hidup yang serba kekurangan. Ngerasa gagal dong.
Padahal aku dari dulu udah berjanji sama diri sendiri, anak-anakku kelak gak akan boleh ngerasain yang dirasain mamanya ketika kecil hingga zaman kuliah. Anak-anak harus berkecukupan, baik dari segi apapun. Anak-anak harus sekolah tinggi, minimal satu atau dua jenjang di atas papa dan mamanya. Tapi ya itu, mamanya cuma punya angan dan janji tanpa berusaha mewujudkannya. Dulu untuk Edmund, aku udah prepare dengan sempurna. Bikin asuransi pendidikan, tiap bulan di debet dari gajiku. Tapi apa daya, di tengah jalan itu berhenti karena keadaan dan uang yang udah masuk yaa hanguuss..ngusss..nguss.
Kita boleh aja berencana sesempurna mungkin tapi Allah yang memutuskan akan jadi seperti apa hidup yang akan kita jalani esok. Memang iya, semua yang terjadi di depan sana adalah apa yang kita tanam di belakang hari sebelumnya.
Pernikahan ini juga seperti itu. Aku dan suami bukan tipe pasangan yang dari awal punya list udah hidup ke depan seperti apa. Bukan gak punya tujuan ya. Bukan juga gak punya visi misi untuk hidup kita. Punya. Tinggal lagi, kami berdua ini terlalu let it flow.
Kami berdua pasti punya mimpi, pasti. Tapi kadung kandasss di kondisi kemarin, sehingga sekarang jangankan bermimpi, untuk berharap satu hal sepele aja takutnya luar biasa.
Sekarang kami hanya mampu berserah sama Allah apa yang terbaik untuk hidup kami. Allah Maha Tahu dan Maha Penyayang.
Selamat ulang tahun pernikahan suamiikk kece badai membahana :)
Terima kasih udah bersedia menjalani roller coaster pernikahan kita ini
Terima kasih udah jadi suami siaga dan sayang istri & anak-anak
Terima kasih untuk 5 tahun ini. I love you to the moon and gak back..back laaah hahahaha
ps : padahal suami gak baca ini loh hihihihi
Dian Siregar
Komentar
Posting Komentar