SMS a.k.a Susah Melihat orang Senang dan Senang Melihat orang Susah
Judule agak panjang ora opo-opo yooo hahaha
Beberapa hari ini ada beberapa hal yang membuatku merasa terganggu dan gak nyaman. Berhubung aku bukan tipe yang suka ribut, jadi sebelum ribut dengan sesiapapun mari kita ributkan di blog termailaff ini.
Sekitar 2 minggu lalu aku memposting fotoku yang sedang memegang papan sterofoam bertuliskan angka Rp 1.500.000. Artinya aku dapat hadiah berupa uang tunai. Aku menang lomba mengulas film pada saat perlombaan hari Kartini di kantorku. Jadi aku dapat juara 2 dan segitulah hadiahnya.
Dari awal aku tahu kalo foto itu aku posting pasti ada saja nanti ntah itu masalah ntah itu apalah yang akan terjadi. Dan benar saja, eng..ing..eng..hahhaha
Dunia dan isinya gak akan membiarkanmu bahagia berlama-lama. Senyum merekah yang megang papan sterofoam pun terpaksa sirna, padahal uangnya pun belum mendarat di tangan loh. Tapi ada saja orang yang memantau isi instagramku dan langsung kasak kusuk sana sini. Dan berusaha bikin sebagian orang kebakaran jenggot.
Halooooo...uang hadiahnya hanya 1,5 say. Utang awaq masih berpuluh juta, masa iya uang segitu dibayarin utang yang puluhan juta? Masuk akal gak sih? Lagian ini kan uang menang lomba. Ibarat katanya ini appresiasi untuk diri sendiri. Terus ini bonus karena udah ikutan nonton film dan menulis sesuatu yang aku rasapun gak masuk kategori.
Gak bisa ya liat aku senyum dikit aja? Menikmati hidup setelah badai kemarin? Gak bisa? Kenapa gak sekalian klen bunuh aja aku kalo aku udah gak boleh bahagia lagi.
Heran kadang-kadang liat manusia sekitar. Nyindir di fesbuk itu gak cukup, ada beberapa yang sampe ke instagram pun nyindir-nyindir. Iyaaa weeee, aku masi punya kewajiban sama klen. Inget. Udah dicatat lahir batin. Udah direncanain gimana cara ngembaliinnya. Apa itu belum cukup? Aku bukan tipe manusia yang suka lupa soal kewajiban. Aku termasuk orang yang ingatannya luar biasa bahkan untuk hal sepele pun. Aku sampe ingat omonganku kata per kata yang mungkin pernah ku ucapkan entah itu 10 tahun lalu. Jadi jangan remehkan kalo aku bilang aku ingat setiap kewajibanku.
Kadang aku sampe mikir, apa aku udah gak boleh hidup lagi? Kenapa aku sampe bilang begitu? Karena semua serba salah. Kita sekeluarga bisa makan itu salah. Kalo ada yang liat aku belanja ke pasar itu salah. Sedikit aja aku ketawa-ketawa di teras rumah sambil gendong anak itu salah. Jadi aku harus kayak mana?
Kemaren punya utang banyak salah. Sampe dijauhin keluarga sendiri. Gak di anggap, ibarat kami ini borok dalam keluarga. Nah setelah aku bekerja pun nambah salah lagi. Alasannya hanya 1, karena belum mampu mengembalikan kewajibanku.
Tanpa bertanya pasti selalu menghakimi. Iyalah kan, gak nanya aku kerja ini statusnya apa, gaji berapa, terus berapa lama dan sebagainya. Yang ada hanya main sindir-sindir di media social. Gak capek apa ya? Aku lelah woiii. Sumpah. mentalku ciut kalo liat huruf f di hp. Serius.
Aku lebih memilih dipukulin atau dicaci maki sekalipun dibandingkan aku harus membaca status yang seolah-olah ditujukan padaku. Aku jadi sensitive dan jadi nambah dosa dong ya. Karena mungkin postingan berikutnya bukan ditujukan untukku tapi karena dari awal sudah keseringan seperti itu jadi aku otomatis menganggap semua isi psotingannya adalah aku.
Ntahlah aku lelah. Lelah dengan semua tingkah pola manusia di sekitarku. Aku sedang berusaha untuk semua hal. Aku berusaha agar bisa melunasi semua kewajiban-kewajibanku. Juga berusaha untuk sesuatu hal yang mungkin bisa jadi jalan pelunas semua hal itu. Aku juga berusaha agar anak-anakku bisa hidup cukup, minimal makan dan susu gak terancam lagi. Untuk keluargaku hanya sesimpel itu yang kuupayakan. Selebihnya aku berusaha mati-matian untuk orang lain. Itu memang kewajibanku. Aku tau itu.
Tapi mbok yaa liat toh aku sedang berusaha, jangan menghakimi dari jauh. Atau menagih dengan cara yang ahhh sudahlah. Aku hanya merasa dari semua perlakuan manusia-manusia ini, aku gak boleh senyum sedikit aja sebelum semua kewajibanku terbayarkan. Aku gak boleh hidup layak. Gak boleh untuk semua hal. Aku gak ingin mati sebenarnya. Tapi aku ingin menghilang sejenak dari riuhnya realita hidup ini. Dan begitu kembali semua kewajiban sudah bisa teratasi.
Hmm..hanya padaMu aku berserah agar selalu kuat menghadapi semuanya. Aku percaya semua terjadi atas izinMu dan kuasaMu. Tapi jika boleh meminta, percepat sedikit ya prosesnya. Aku lebih tangguh jika ujian itu dariMu. Jika dari manusia walopun itu rencanaMu, aku kalah dan aku nyerah. Ribet ya Allah. Sungguh.
Komentar
Posting Komentar