Bolehkah aku bermimpi lagi, denganmu?
Belakangan ini hidupku sedang porak poranda sayang. Termasuk pilihan yang kupilih dulu juga sedang berada di jalan buntu. Pilihan yang sudah membuat aku meninggalkanmu di sudut gelap itu.
Aku sedang tidak baik-baik saja akhir-akhir ini. Tapi begitu mendengar suaramu tadi pagi, sungguh menenangkanku. Entah kenapa rasa yang tidak baik-baik saja itupun menghilang seketika.
Kau selalu mampu mencairkan kebekuan dalam darahku. Selalu mampu menghangatkan hatiku ketika sudah terlalu lama diselimuti dingin. Selalu hadir melepas dahagaku ketika aku terjebak di musim kemarau panjang.
Sebentar lagi, aku akan terjatuh sepertinya, kataku tadi. Kau langsung menjawab, tidak akan, karena ada aku di bawah sini yang akan selalu menangkapmu kalau itu terjadi. Tahukah kau seperti apa bahagiaku ketika kau menanggapi ha-hal kecil yang kadang tanpa sengaja aku pikirkan?
Aku selalu merasa tergenggam ketika kau bersikap seperti itu. Ribuan kalipun aku memutuskan untuk melepaskan dan berhenti untukmu, akan selalu gagal hanya dengan kalimat-kalimat sederhanamu.
Aku sedang tidak bahagia, sayang.
Bolehkah aku bermimpi lagi, denganmu? Menyusun kembali kepingan puzzle yang tertumpuk rapi di kotak kenangan kita.
Bolehkah aku menggenggam tanganmu, lagi? Aku gamang di tepian pilihan yang lambat laun menyeretku ke pusaran air yang tak bermuara.
Bolehkah aku memelukmu, lagi? Aku sudah semakin beku karena terlalu lama diselimuti dingin.
Bolehkah? Untuk sekali saja.
Bolehkah aku menggenggam tanganmu, lagi? Aku gamang di tepian pilihan yang lambat laun menyeretku ke pusaran air yang tak bermuara.
Bolehkah aku memelukmu, lagi? Aku sudah semakin beku karena terlalu lama diselimuti dingin.
Bolehkah? Untuk sekali saja.
Komentar
Posting Komentar