Wajah Lama
Terdiam, menatap wajah lama itu..
Wajah yang selalu ada untukku 5 tahun lalu
Wajah yang selalu hadir di mimpiku 2 tahun belakangan
Berjuta kalimat membuncah tak terbendung
Tapi dicekat udara hampa, dan hanya terhenti di tenggorokan
Padahal malam sebelumnya aku repot merangkai rengekan panjang untukmu
Merangkai segudang marah untukmu
Jangankan marah, mengatakan RINDU pun tak mampu
Bodohnya aku begitu di hadapmu
Bahkan matapun tak bisa tegar menyelami mata sipitmu
Bukan lelah karena pekerjaanku tapi lelah dengan hidup yang sedang ku jalani.
Hahahaha,, sejak kapan priaku ini berubah jadi cenayang?
Tapi kalimatmu barusan melemparku ke lorong kelam
Kelam yang hadir setelah aku melepas terang
Kelam yang mencipta sesal seumur hidup
Tegar itu sirna. Kuat itu menguap. Benteng itu akhirnya rubuh..
Peluuuuk aku kataku lirih, ingin yang terus saja tersimpan rapi dalam diam
Tanganmu melebar menyambut raga yang ternyata semakin rapuh
Berdekapan, menyatu serta melebur bersama sunyi
Wajah mulai menghangat, terasa ada yang mengambang di sudut mata..
Bahuku mulai bergetar. Nafas tiba-tiba sesak. Dada terasa terbakar.
Air itu kembali mengalir, bahkan air pun tau kapan ia akan beku dan kapan ia bermuara.
Aku salah…
Aku kalah.
Wajah yang selalu ada untukku 5 tahun lalu
Wajah yang selalu hadir di mimpiku 2 tahun belakangan
Berjuta kalimat membuncah tak terbendung
Tapi dicekat udara hampa, dan hanya terhenti di tenggorokan
Padahal malam sebelumnya aku repot merangkai rengekan panjang untukmu
Merangkai segudang marah untukmu
Jangankan marah, mengatakan RINDU pun tak mampu
Bodohnya aku begitu di hadapmu
Bahkan matapun tak bisa tegar menyelami mata sipitmu
Sudah lihat seperti apa aku sekarang?
Katamu, wajahku lelah. Bukan lelah karena pekerjaanku tapi lelah dengan hidup yang sedang ku jalani.
Hahahaha,, sejak kapan priaku ini berubah jadi cenayang?
Tapi kalimatmu barusan melemparku ke lorong kelam
Kelam yang hadir setelah aku melepas terang
Kelam yang mencipta sesal seumur hidup
Tiba-tiba aku ringkih, ringkih yang bisa sembunyi di
seberang telpon
Tapi tak bisa sembunyi dari mata sendumuTegar itu sirna. Kuat itu menguap. Benteng itu akhirnya rubuh..
Peluuuuk aku kataku lirih, ingin yang terus saja tersimpan rapi dalam diam
Tanganmu melebar menyambut raga yang ternyata semakin rapuh
Berdekapan, menyatu serta melebur bersama sunyi
Wajah mulai menghangat, terasa ada yang mengambang di sudut mata..
Bahuku mulai bergetar. Nafas tiba-tiba sesak. Dada terasa terbakar.
Air itu kembali mengalir, bahkan air pun tau kapan ia akan beku dan kapan ia bermuara.
Aku salah…
Aku kalah.
Komentar
Posting Komentar