Pernah, Untukmu
aku pernah mengkhianati seseorang. untukmu.
lalu tanpa ragu meninggalkannya. untuk bersamamu.
termasuk berusaha membuang sesuatu yang bernama impian. itu juga untukmu.
juga mengenyahkan segala perasaan yang sudah berakar dan mendarah daging.
untuk siapa lagi kalau bukan untukmu.
di tanganmu, aku percayakan apapun yang sudah kutinggalkan di belakang sana. di pundakmu, aku sandarkan semua impian, juga masa depanku yang katamu harus berganti menjadi masa depan kita. di hatimu, aku titipkan hatiku yang telah kucabut paksa dari tempat yang seharusnya. Iya, kutitip di hati yang tak pernah tersentuh olehku. lalu hatiku tadi entah teronggok di mana kini.
untukmu.
pria yang tiba-tiba datang menawarkan kehidupan padaku. dan yang kuterima hanya hidup.
pria yang katanya membawa kebahagiaan di telapak tangan, tapi aku tak pernah mendapati itu.
pria yang menjanjikan sebuah tempat untuk pulang. iya sebuah tempat yang dipenuhi dingin.
pria yang mampu membuat aku berani melepaskan apa yang sebelumnya ada di genggamanku. lalu kemudian tak menemukan apapun untuk digenggam.
pria yang...ah sulitnya aku mengatakan ini. lebih tepatnya, mengakuinya.
pria satu-satunya yang hanya dengan dinginnya mampu menjatuhkan aku berkali-kali, lalu tanpa disuruh pun aku akan berdiri lagi, mencoba menghangatkannya lagi. berusaha memahaminya lagi. memaklumi semua perlakuannya lagi. memupuk hatiku lagi agar rasa tak pernah layu atau sampai mati.
pria yang ternyata tak bergeming sedikitpun dengan segala upaya "lagi" dariku.
pria yang tak sengaja menyadarkanku, bahwa aku juga harus berhenti untukmu.
kemudian membiarkanmu berjalan sendiri. seperti keinginanmu.
Komentar
Posting Komentar