Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Sepertinya Salah Jalan

Tidak ada yang tidak ku syukuri di hidupku ini. Termasuk bertemu dan berjodoh denganmu. Aku bersyukur bertemu denganmu pada saat keadaanku limbung di antara perbedaan. Aku bersyukur bertemu denganmu karena telah menjauhkan aku dari jalan yang seharusnya tidak kulalui. Aku bersyukur di usiaku yang muda, aku sudah punya keluarga kecil denganmu. Aku bersyukur banyak hal tentangmu, tentang kita. Aku tahu jalan ini tidak selalu mulus, aku juga tahu akan ada kerikil kecil hingga besar yang akan menghalau kita ditengah perjalanan. Tapi aku tidak pernah mengira akan secepat ini kerikil itu akan melukai kakiku. Termasuk terlalu sakit melukai hatiku. Aku terlalu banyak berharap ketika kau mengulurkan tangan untuk menggenggamku utuh. Bukan tentang materi. Hanya tentang bahagia bersamamu. Hanya tentang betapa indahnya hari-hari yang ku lalui jika itu denganmu. Dengan orang yang tak pernah punya banyak aturan. Yang sedikit bicara tapi selalu tahu untuk mengekspresikan perasaannya padaku....

Bolehkah aku bermimpi lagi, denganmu?

Belakangan ini hidupku sedang porak poranda sayang. Termasuk pilihan yang kupilih dulu juga sedang berada di jalan buntu. Pilihan yang sudah membuat aku meninggalkanmu di sudut gelap itu.   Aku sedang tidak baik-baik saja akhir-akhir ini. Tapi begitu mendengar suaramu tadi pagi, sungguh menenangkanku. Entah kenapa rasa yang tidak baik-baik saja itupun menghilang seketika.   Kau selalu mampu mencairkan kebekuan dalam darahku. Selalu mampu menghangatkan hatiku ketika sudah terlalu lama diselimuti dingin. Selalu hadir melepas dahagaku ketika aku terjebak di musim kemarau panjang.   Sebentar lagi, aku akan terjatuh sepertinya , kataku tadi. Kau langsung menjawab, tidak akan, karena ada aku di bawah sini yang akan selalu menangkapmu kalau itu terjadi. Tahukah kau seperti apa bahagiaku ketika kau menanggapi ha-hal kecil yang kadang tanpa sengaja aku pikirkan?   Aku selalu merasa tergenggam ketika kau bersikap seperti itu. Ribuan kalipun aku ...

Berhenti

seperti yang sudah-sudah, pertengkaran terjadi lagi dan sebabnya yang itu-itu lagi. yang dibahas masalah yang sama. yang selalu tidak menemukan titik akhir atau solusi terbaik. hanya ada adu argument tanpa tau apa jalan keluarnya. yang selalu sama-sama menyalahkan satu sama lain. dan berujung dengan bentakan-bentakan. hanya itu.   layakkah kau kusebut pria dewasa? layakkah kuserahkan hidupku ini di tanganmu? pantaskah aku menjadikanmu imam serta panutanku dan anak-anak?   aku sudah kehilangan kepercayaanku padamu sejak lama. jangan paksa lagi aku untuk menghilangkan semua perasaanku yang masih bertahan hingga detik ini.   aku sudah kelelahan mengikuti caramu hidup. aku sudah lelah harus mengawasi tindak tandukmu yang tidak lebih dari anak remaja di zaman ini. aku sudah terlalu lelah untuk selalu mengalah. aku sudah muak mendiamkan semua yang seharusnya kuteriakkan ke wajahmu.   aku semakin lelah berada di sebelahmu. aku semakin lelah hidup den...

Kado Yang Sama

hanya tinggal menghitung hari untuk anniversary kita. yaa usia pernikahan kita sudah bertambah lagi. aku tak pernah berharap ada kado darimu. aku hanya ingin bahagia bersamamu. itu saja. tapi apa yang kudapat? sebuah kotak kecil yang selalu jadi biang masalah di antara kita. inikah kado yang kau persembahkan untukku lagi? kali ini aku lagi yang mengalah aku lagi yang berjuang aku lagi yang harus membunuh ego untukmu, untuk kita selalu aku dan seterusnya aku tak apa. berdoalah, agar aku tak pernah kehilangan cinta untukmu.

Baik-baik Saja

sebentar lagi aku datang. Dan di sini lah kita. Duduk berhadapan sambil beradu mata. Meneliti wajah satu sama lain. Mengomentari ini dan itu. Seperti yang biasa kita lakukan jika bertemu.   Lalu, tiba-tiba kau menceritakan tentang perempuanmu padaku. Yang cemburu hanya karena pesan singkatku yang masih tertinggal di ponselmu. Kau banyak bercerita. Tapi tak berhenti memastikan bahwa air mukaku tak berubah karena ceritamu. Seketika aku memegang dadaku. Memastikan ia baik-baik saja di dalam sana. Memastikan ia tak bergemuruh hebat seperti sebelum-sebelumnya. Mencoba menenangkannya seperti biasa. Tapi aku sedikit heran, tak ku rasakan apapun saat ini. Tak ada detakan yang berpacu seperti yang lalu. Tak ada riak yang berkecipak di dalam sana. Tak ada yang perlu ditenangkan. Ia ternyata sudah baik-baik saja. Aku sudah baik-baik saja melihatmu, mendengarmu juga merasakan semua tentangmu.