TITIK TERENDAH
"Ma, Edmund mau es krim!" Aku dan papanya pun hanya mampu saling menatap. Karena merogoh kantong pun pasti akan sia-sia. Jangan uang kertas, recehan pun gak punya. Ini adalah realita yang kami alami di sepanjang pernikahan kami yang memasuki tahun ke empat. Dan memang di akhir tahun ketiga pun ini sudah dimulai tetapi gak sampai sebegini parahnya. Semuanya disebabkan beberapa hal yang dari awal gak di antisipasi. Kami memang gak pernah merencanakan atau mengatur tentang keuangan. Karena dari awal pernikahan kami berdua sama-sama termasuk mapan dalam hal keuangan. Aku sendiri gak pernah mewajibkan suami untuk memberi jatah perbulan, karena gajiku pun cukup dan berlebih untuk biaya rumah tangga selama satu bulan *SOMBONG hahahaha Tapi demikian kenyataannya. Si suami berkewajiban untuk bayar tagihan, misal kredit motor, tv berlangganan, dan sebagainya. Kami gak pernah menyiapkan dana emergency, karena asuransi pun sudah disediakan oleh perusahaan yang plafonnya ...