Tentang Menikah *judulnya sedikit ekstrem*

Belakangan ini ada beberapa teman dekat dan tidak dekat (hahahaha) sedang memikirkan atau lebih tepatnya sedang merencanakan untuk menikah. 

Buatku sendiri menikah itu pilihan yang harus benar-benar dipikirkan berulang-ulang kali sampai akhirnya kita merasa yakin beribu-ribu persen untuk menikah. Aku berkata seperti ini bukan karena pernikahanku tidak bahagia. Tapi setiap pernikahan pasti ada cobaan serta ujian yang di lima tahun pertama itu rasa bikin kita minta waktu bisa diputar kembali.

Menikah adalah mempersatukan segala jenis perbedaan dan mengadaptasi segala jenis kebiasaan antara si istri dan suami. Menikah bukan lagi hanya sekedar tentang cinta dan sayang. Pernikahan itu sendiri lambat laun akan berubah hanya menjadi suatu kebiasaan, kewajiban dan ibadah. Cinta nomer kesekian.
Makanya sebelum menikah kita harus benar-benar mencari tau, siapakah yang nantinya akan menikahi kita. Siapakah nantinya yang akan menjadi imam di rumah tangga kita?

Ada beberapa hal kecil yang mungkin nanti jadi masalah besar di rumah tangga. Contohnya saja, kebiasaan mendengur. Karena semasa pacaran tak pernah saling jujur apa kelebihan dan kekurangan masing-masing, kebiasaan mendengur ini tidak pernah dibahas ke permukaan. Hingga setelah menikah, si istri yang notabene membenci orang yang mendengur merasa terganggu dan mempermasalahkan masalah yang sebenarnya sepele.

Atau terkait bau badan, yang biasanya bertemu dengan kekasih hati siang hati dengan sebotol parfum di tubuhnya. Eh taunya setelah menikah barulah kita tau ternyata ketek dan badan si doi bermasalah dengan keringat berlebih. Sama halnya juga dengan bau mulut. Aissshhh semua orang pasti tidak bisa mentolerir yang berhubungan dengan bau.

Tapi hal di atas ada obatnya. Bisa di atasi dengan pengobatan medis atau tradisional.

Nah bagaimana jika berhubungan dengan sifat, tingkah laku, kebiasaan yang tidak bisa di atasi dengan medis atau lainnya.

Bagaimana setelah menikah kita baru tau ternyata si suami hobby "jajan" di luar? Atau suka main judi? Bahkan obat-obatan terlarang juga iya. Apa tindakan yang akan dilakukan si istri kira-kira?

Ada sebagian yang berencana melepaskan diri dari suami yang tipenya seperti di atas. Dan tidak jarang juga ada yang bertahan dan berusaha merubah keburukan suaminya. Jangan heran, ada juga yang menerima lapang dada dan tidak berbuat apa dengan suami seperti itu. Apalagi mungkin si suami tempramental, yang jika dilarang akan langsung marah dan memukul.

Bagi yang melepaskan diri, adalah perempuan dengan segudang penyesalan telah salah memilih pendamping hidupnya. Apalagi setelah ada anak. Anak yang akan jadi korban dari sebuah perpisahan orang tua. Tapi lebih bagus berpisah ketimbang anak harus hidup di tengah orang tua yang bermasalah.

Bagi yang berusaha merubah suami ke arah yang lebih baik, patut di acungi jempol. Yang dengan berbesar hati menerima kejelekan suami dan berubaha membawa suami ke arah yang lebih baik. Baiknya jika si suami juga mau. Bagaimana jika si suami menolak? Atau si istri sudah memberikan beberapa kali kesempatan dan beberapa kali memaafkan si suami tetapi suami masih saja mengulang kesalahan yang sama. Mungkin bisa kembali ke yang pertama tadi yakni melepaskan diri.

Bagi yang menerima lapang dada, ini termasuk kategori pasrah akut. Ada beberapa kemungkinan sih untuk yang pasrah-pasrah saja. Yang pertama adalah istri yang tidak bekerja. Suami adalah satu-satunya penghasil uang di rumah. Tanpa suami, istri dan anak-anak akan terlantar. Yang kedua adalah istri yang takut suami marah. Yang ketiga mungkin si istri terlalu dibutakan cinta. Yang terakhir adalah istri yang bodohnya luar biasa.

Menikah bukan sesuatu yang mudah atau bahkan sulit untuk dijalani. Perlu penjajakan luar biasa untuk bisa menerima kebiasaan atau kelakuan pasangan masing-masing setelah menikah.

Belum lagi kita berbicara tentang keluarga kedua belah pihak. Perlu diingat menikah bukanlah hanya tentang aku dan kamu. Menikah juga tentang dia, kami dan kita. Menyatukan dua keluarga itu bukanlah hal mudah. Mengadaptasikan adat istiadat serta kebiasaan di rumah orang tua kita ke rumah calon mertua itu juga sangat sulit. Berlaku adil ke keluarga masing-masing juga tak kalah sulitnya. Jangan sampai si keluarga suami mengecap kita lebih sayang ke keluarga sendiri dibanding ke keluarga suami. Dan begitu juga sebaliknya.

Menikah bukan hanya berbicara tentang cinta, sayang, berbulan madu, hamil, punya anak dan bahagia. Proses dalam pernikahan banyak dan berliku. Tak jarang kita tersandung di tengah perjalanan. Tak jarang iman kita tergoda di tengah pertengkaran dengan suami. Juga tak jarang himpitan ekonomi membuat kita kalap mata dan melakukan hal-hal bodoh agar kebutuhan di rumah tangga terpenuhi.

Banyak misteri di sebuah pernikahan yang tidak bisa kita selami sebelum terjun langsung ke dalamnya. Yang mungkin kita lihat banyak pernikahan yang bahagia di akun media sosialnya, tapi ternyata bersandiwara.

Sebelum menikah berpacaranlah yang wajar, agar ketika menikah ada sesuatu yang kurang dari pasangan kita tidak terlalu kaget. Jika ada dari sikapnya yang berlebih, kita bersyukur telah menikah dengan orang yang tepat.

Jangan terlalu cepat memutusan untuk menikah hanya karena orang di sekeliling berteriak soal umur. Menikah bukan tentang umur, orang tua kita zaman dulu pun menikah belasan tahun. Di umur belasan sudah punya anak. Mereka bisa harmonis hingga menjadi kakek nenek sekarang. Zamannya mereka tidak pernah mengenal kata berpisah hingga bercerai. 

Jangan tanya zaman sekarang, setua apapun orangnya atau sedewasa apapun cara berpikirnya jika pernikahannya sudah bermasalah sedikit saja akan langsung mendaftarkan diri ke Pengadilan Agama.

Lagi-lagi menikah bukan tentang umur dan kedewasaan, tapi tentang kematangan dan kesiapan dalam memutuskan untuk menikah. Menikah adalah tentang bisa menerima kekurangan suami, bukan kelebihannya. Menikah adalah kesiapan untuk hidup susah, bukan hanya hidup senang. Menikah adalah juga menikahi keluarga kedua belah pihak. Menikah adalah mencari ridho Allah SWT bukan sekedar tampil foto keluarga di media sosial.

Pernikahanku pun bukan pernikahan sempurna tetapi sedang menuju ke arah sana. Masih tambal sulam sana sini. Masih butuh polesan di kiri dan kanan. Imamku masih perlu belajar banyak. Dan sebagai makmum aku sedang belajar untuk mengikuti imam serta belajar menjadi guru terbaik anak-anakku.

Buat yang belum menikah, jangan terburu-buru. Walau jumlah lelaki semakin sedikit dibanding wanita, jangan takut tidak kebagian. Jangan juga jual murah meriah. Allah sudah siapkan semua ummatnya berpasang-pasangan. Jodoh tidak perlu dicari ditumpukan jerami. Jika sudah jalan Allah, jodoh mendekat seperti magnet yang menarik logam. Tetapi bukan semua lelaki yang mendekat adalah jodoh, bisa saja ia sebuah ujian yang dikirimkan Allah.

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)" Surah An-Nuur : 26

So...buat para lajangers lebih jelilah melihat jodoh. Jangan asal bersisik adalah ikan. Kalau nemunya piranha gimana tuh hehehehe...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

melupakanmu

Pergi Untuk Kembali, Selalu Saja Begitu...

tercerai berai sudah